Persiapan 2023: Cemas dengan Kemungkinan Resesi? Tangkal dengan Financial Literacy!

Tahun 2023 telah membayang di cakrawala. Meski ada ungkapan “tahun baru semangat baru”, namun tak sedikit yang menyongsong 2023 dengan gelisah. Pada sepertiga akhir 2022, ramai kabar di jagad maya dan media massa mengenai kemungkinan resesi dan tantangan ekonomi di tahun 2023. Isu ekonomi dan keuangan pun jadi perbincangan hangat. 

Meski isu ini masih menjadi perdebatan para ahli ekonomi, resesi (dan kemungkinannya) dapat memicu kekhawatiran ekonomi pada individu (Taft dkk., 2013) sehingga dapat memengaruhi aspek hidup yang lain, seperti kesehatan hingga perkembangan karier individu. Emosi lain yang mungkin juga menyertai adalah perasaan takut dan cemas.

Para peneliti menyebut kekhawatiran tersebut sebagai financial concern. Menurut Friedman (1991), financial concern muncul ketika seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan finansialnya atau saat ia menilai status finansialnya tidak dalam keadaan baik. Financial concern diketahui terkait dengan peningkatan risiko kesehatan fisik dan mental serta produktivitas serta performa kerja (Godfrey, 2006; Taft dkk., 2013; Van Praag dkk., 2003).   

Jika Sobat termasuk yang menatap 2023 dengan financial concern, mungkin ini saatnya Sobat berkenalan dengan financial literacy. Financial literacy adalah kemampuan untuk memahami dan menganalisis pilihan-pilihan finansial, membuat perencanaan keuangan untuk masa depan, serta merespon masalah keuangan dengan baik (Taft dkk., 2013). Seseorang disebut memiliki financial literacy yang baik jika ia mampu mengelola keuangan pribadinya serta memahami dampak keputusan finansialnya pada diri sendiri, orang-orang di sekitar, dan lingkungannya (Redmund, 2010). Financial literacy juga mencakup kemampuan-kemampuan seperti mengelola rekening bank, merencanakan budget, menabung, memahami produk-produk keuangan, hingga strategi mengelola hutang. 

Kemampuan ini cukup relevan dalam menghadapi situasi keuangan di masa yang akan datang. Penelitian mengungkap bahwa semakin tinggi tingkat financial literacy seseorang dapat mengurangi financial concern (Taft dkk., 2013). Hal ini karena financial literacy dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya serta memungkinkannya untuk menyesuaikan pendapatan serta pengeluaran. Financial literacy yang baik juga membantu seseorang menilai kondisi keuangan secara lebih rasional, memahami situasi ekonomi yang dihadapi, serta terhindar dari stres dan kekhawatiran berlebih akan isu-isu keuangan. 

Penelitian yang sama juga menemukan financial literacy dapat memprediksi financial well-being. Leach, Hayhoe, dan Turner (1999) mendefinisikan financial well-being sebagai perasaan puas seseorang atas keadaan finansialnya. Goldsmith (2000) menyebutkan bahwa financial well-being menggambarkan kondisi finansial yang aman dan berkecukupan, yang mana melindungi seseorang dari risiko-risiko ekonomi seperti kebangkrutan, kemiskinan, menjadi pengangguran, hingga kesulitan di masa pensiun. 

Bagaimana financial literacy dapat meningkatkan financial well-being? Financial literacy membantu seseorang untuk memperoleh keberhasilan dalam aktivitas-aktivitas ekonomi yang dijalaninya. Misalnya melalui peningkatan tabungan, keputusan yang tepat saat berbelanja, berinvestasi dengan baik, melakukan pengelolaan aset, memperoleh asuransi, hingga mengelola utang. Keberhasilan dalam kegiatan ekonomi tersebut dapat mengantarkan seseorang pada kondisi finansial yang memuaskan.

Tidak hanya pada financial well-being, kondisi finansial yang memuaskan tersebut juga turut berkontribusi pada well-being secara keseluruhan. Kepemilikan uang diketahui dapat menjadi salah satu faktor yang berkontribusi pada tingkat well-being, kepuasan hidup, dan kebahagiaan seseorang (Compton & Hoffman, 2019). Hal tersebut dimungkinkan jika seseorang dapat menggunakan uangnya untuk memenuhi kebutuhan dasar (sandang, pangan, papan), kebutuhan psikologis (perasaan aman, bebas, serta pengembangan diri), prosocial spending (menggunakan uang untuk kegiatan amal dan membantu orang lain), membiayai aktivitas-aktivitas untuk menjaga relasi sosialnya, hingga untuk “membeli” pengalaman yang dianggap berarti (misalnya liburan atau menjalani hobi).  

 Singkatnya, financial literacy dapat membantu seseorang membuat keputusan-keputusan finansial dengan lebih baik, tak terkecuali di masa-masa ekonomi sulit seperti resesi atau krisis moneter. Kondisi tersebut membuatnya berpotensi untuk lebih berhasil dalam aktivitas-aktivitas keuangan. Hal itu memungkinkan dirinya memiliki kondisi keuangan yang lebih baik sehingga dapat beroleh kepuasan atas kondisi finansial serta menurunkan kekhawatiran karena faktor finansial. Kepemilikan uang yang lebih baik juga memungkinkan seseorang memenuhi kebutuhan serta melakukan hal-hal yang dapat meningkatkan well-being bagi diri, hingga pada akhirnya merasa lebih bahagia. 

Melihat potensi manfaatnya, ada baiknya memasukkan pengembangan financial literacy dalam resolusi tahun baru Sobat PIP. Apabila Sobat ingin mengetahui lebih lanjut mengenai peranan financial literacy pada well-being hingga kebahagiaan diri, Sobat dapat menyimak Talkshow Financial Literacy For Individual Well-Being bersama Bang Aria Arayana Parasian Siregar, Psikolog, MPsit MM. HRM. Talkshow tersebut dapat Sobat saksikan di kanal Youtube PIP Unpad.

Akhir kata, semoga tahun 2023 dapat membawa hal-hal baik bagi kehidupan kita, tak terkecuali dalam aspek keuangan dan kesejahteraan. Stay healthy and grateful!


Penulis : Putu Satwika Arya | Seorang Sarjana Psikologi


Referensi

Compton, W. C., & Hoffman, E. (2019). Positive psychology: The science of happiness and flourishing. Sage Publications.

Friedman, D. (1991). Linking Work-Family Issues to the Bottom Line. The Conference Board, New York.

Godfrey, N. (2006). Making our students smart about money. Education Digest, 71(7), 21- 26.

Goldsmith, E. B. (2000). Resource management for individual and family. Belmont, CA: Wadsworth learning.

Leach, L. J., Hayhoe, C. R., Turner, P. R. (1999). Factors affecting perceived economic wellbeing of college students: A gender perspective. Financial Counseling and Planning, 10(2), 11-23. http://dx.doi.org/10.1111/j.1540-4560.1988.tb02089.x

Remund, D. L. (2010). Financial literacy explicated: The case for a clearer definition in an increasingly complex economy. Journal of Consumer Affairs, 44, 276-295.

http://dx.doi.org/10.1111/j.1745-6606.2010.01169.x

Taft, M. K., Hosein, Z. Z., Mehrizi, S. M. T., & Roshan, A. (2013). The relation between financial literacy, financial wellbeing and financial concerns. International journal of business and management, 8(11), 63.

Van Praag, B. M. S., Frijters, P., & Ferrer-i-Carbonel, A. (2003). The anatomy of subjective well-being. Journal of Economic Behavior and Organisation, 51, 29-49. http://dx.doi.org/10.1016/S0167-2681(02)00140-3

Bagikan:
Posted on 5 January 2023 under Artikel.

PIP UNPAD

Online
TODAY
Hai, ada yang dapat kami bantu?
© 2024 All rights reserved