Pandemi dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan mental

Oleh : Bagus Ari Nugraha Suela, M.Psi., Psikolog

Penyebaran virus Covid-19 saat ini sedang menjadi kekhawatiran berbagai negara di dunia. Mengutip informasi dari media daring kompas.com, jumlah total kasus infeksi virus corona di dunia mencapai 378.287 kasus. Saat ini, World Health Organization (WHO) sudah menetapkan Covid-19 ini sebagai pandemi yang telah menyebar ke 114 negara. Di Indonesia, jumlah kasus terus meningkat setiap harinya. Ditemukan 686 kasus positif Covid-19 di Indonesia hingga tanggal 24 Maret 2020.

Pandemi merupakan epidemi penyakit yang menyebar dengan wilayah yang luas. Dampak dari pandemi sangat dirasakan oleh masyarakat, baik pada aspek ekonomi, sosial, kesehatan fisik, dan kesehatan mental. Orang tua menjadi cemas tentang kesehatan keluarganya, para pencari nafkah khawatir dengan keberlangsungan hidupnya dalam situasi tidak menentu, tenaga kesehatan mengalami burn out atau kelelahan secara mental dengan panjangnya jam kerja serta minimnya interaksi dengan social support mereka, dan lain sebagainya.

Ditemukannya kasus positif yang semakin meningkat, membuat individu pada akhirnya memunculkan perasaan cemas dan takut, atau menjadikan pandemi sebagai sumber stres tersendiri. Kecemasan pada dasarnya merupakan respon umum yang terjadi pada diri manusia. Kecemasan adalah sebuah reaksi dari insting manusia untuk dapat bertahan hidup. Ketika seseorang merasa cemas, maka sebenarnya ia sedang menghadapi hal yang ia persepsikan sebagai sesuatu yang membahayakan atau mengancam kehidupannya. Munculnya perasaan cemas ini memengaruhi kondisi kita secara biologis. Tubuh memberikan berbagai macam reaksi yang memperingatkan bahwa ada sesuatu yang sifatnya mengancam. Reaksi-reaksi fisik yang dapat dirasakan secara wajar ketika seseorang berada dalam keadaan cemas adalah jantung berebar, berkeringat, dan lain sebagainya.

Ketika rasa cemas ini muncul, kita kemudian akan mencari cara-cara agar dapat mengantisipasi kecemasan, menghindari, atau meminimalisir dampak yang dapat mengganggu keberlangsungan hidup. Respon untuk meredakan perasaan tidak menyenangkan yang dilakukan setiap orang pun bervariasi, mulai dari respon adaptif hingga respon panik. Respon yang tergolong adaptif seperti tetap tenang, melaksanakan protokol pembersihan diri, atau mengikuti anjuran untuk membatasi aktivitas berkelompok. Respon yang tergolong panik seperti membeli barang dalam kuantitas yang besar, denial atau melakukan penolakan terhadap fakta-fakta yang ada, tetap melakukan aktivitas dan bahkan menentang beberapa anjuran kesehatan.

Maka dari itu, diperlukan adanya tindakan-tindakan positif untuk dapat mengatasi berbagai perasaaan tidak menyenangkan yang muncul sebagai dampak dari pandemi ini. Terdapat beberapa hal yang dapat kita lakukan secara mandiri untuk dapat bereaksi secara adaptif terhadap situasi yang sedang kita hadapi saat ini, seperti:

1. Mengedukasi diri

Bekali diri dengan informasi-informasi yang tepat untuk membantu kita memahami situasi. Informasi yang tepat akan membantu kita untuk menemukan cara-cara yang baik untuk dapat mengatasi perasaan-perasaan akan ketidakpastian yang sedang kita hadapi. Pastikan bahwa informasi tersebut kita dapatkan melalui sumber yang tepat dan terpercaya. Batasi diri dari segala informasi yang sekiranya hanya akan membuat perasaan kita tidak nyaman.

2. Mengembangkan pola hidup yang sehat

Pola hidup sehat tidak hanya memberikan dampak secara fisik, tetapi juga berdampak positif secara psikologis. Mengembangkan pola hidup sehat akan memberikan perasaan bahwa diri kita memiliki kekuatan untuk dapat mengendalikan situasi penyebaran pandemi yang tidak menentu serta memberikan dampak positif secara langsung pada kondisi fisik.

3. Mengembangkan pola pikir positif dan adaptif

Coba temukan banyak hal-hal menarik di sekitar kita agar tidak hanya terfokus pada buruknya situasi saat ini. Temukanlah hal-hal yang dapat disyukuri di dalam kehidupan kita sampai saat ini. Berusaha tersenyum dan yakinkan diri bahwa terdapat jalan keluar untuk setiap persoalan.

4. Menciptakan ‘lingkungan’ yang sehat

Mulailah menciptakan lingkungan yang sehat bagi diri dan keluarga. Gunakan kesempatan yang ada untuk dapat memperdalam interaksi dengan orang-orang terdekat seperti keluarga, melakukan berbagai aktivitas yang mungkin sebelumnya sudah pernah ingin dilakukan tapi tidak memiliki kesempatan untuk melakukan hal tersebut, mendalami berbagai hobi yang mungkin sempat terlupakan, dan berbagai hal yang kita rasa mungkin akan membuat diri kita merasa lebih baik.

5. Berkonsultasi dengan ahli

Jika kita sudah merasakan perubahan-perubahan yang signifikan dan sangat memengaruhi kehidupan serta performa kita dalam menjalani aktivitas keseharian, berbicara dengan ahli akan membantu kita untuk memahami kondisi yang sedang terjadi pada diri serta menemukan cara mengatasi hal tersebut. Dalam situasi pandemi, ada banyak layanan-layanan penanganan psikologis berbentuk daring/online yang dapat kita manfaatkan untuk setidaknya membantu kita dalam meluapkan perasaan serta kecemasan akan situasi yang terjadi.

Kondisi saat ini memang bukanlah sesuatu yang kita harapkan terjadi di dalam hidup kita. Namun, seperti kejadian-kejadian buruk yang terjadi dalam kehidupan kita lainnya, akan ada titik dimana kehidupan akan berubah menjadi lebih baik. Pada akhirnya semua yang kita alami akan menjadi bagian dari pengembangan diri untuk dapat menjadi seseorang yang lebih baik di kemudian hari.

This too, shall pass. Stay strong.

Bagikan:
Posted on 24 May 2020 under Artikel.

PIP UNPAD

Online
TODAY
Hai, ada yang dapat kami bantu?
© 2024 All rights reserved