Mari Mengajak Anak Belajar Menunda Keinginan

“Aku mau beli mainan sekarang!!” “Aku mau makan es krim sekarang!!”

Bagi anak usia 2-4 tahun, menyatakan keinginan kepada orang tua melalui bahasa atau perilaku tertentu merupakan strategi kognitif agar mereka mendapatkan hal yang diinginkan. Anak-anak menyampaikan keinginan mereka melalui berbagai cara seperti berbicara, menangis, berteriak, atau merajuk, yang seringkali membuat orang tua merasa kesal dan tidak tahan untuk segera memenuhi keinginan tersebut. Tentu saja, anak akan menyambut dengan gembira ketika orang tua dengan segera mengatakan “YES” terhadap permintaannya. Namun, apakah segera memenuhi keinginan anak adalah respon yang tepat?

Seiring berjalannya waktu, keinginan dan kebutuhan individu akan terus muncul mengikuti tahapan perkembangan yang terjadi. Pada masa kanak-kanak, keinginan muncul dalam bentuk sederhana seperti mainan atau makanan. Pada usia remaja, keinginan mungkin muncul dalam bentuk gadget model terbaru, laptop, atau baju-baju modis. Pada usia dewasa, keinginan yang lebih tinggi muncul dalam bentuk alat transportasi atau rumah. Tidak hanya berkaitan dengan materi, keinginan pun dapat muncul dalam bentuk lain seperti pertemanan, pendidikan, atau pekerjaan. Jika anak terbiasa mendapatkan keinginannya dengan cepat, kesempatannya belajar mengendalikan diri, membuat perencanaan, dan mengelola rasa kecewa pun menjadi minim.

Apakah Ayah dan Ibu pernah mendengar istilah Gratification Delay? Gratification Delay adalah kemampuan anak menggunakan logikanya, untuk menunda keinginan demi memperoleh hasil yang lebih besar. Ketika menunda keinginan, anak melatih fungsi kognitifnya dalam hal berpikir dan membuat perencanaan. Di samping itu, anak mulai belajar mengelola kondisi emosi yang dirasakan ketika menunda keinginan.

Terdapat beberapa cara untuk membantu anak mengembangkan kemampuannya dalam menunda keinginan. Salah satu strategi yang Ayah dan Ibu dapat lakukan adalah menyampaikan informasi kepada anak mengenai proses nyata yang perlu dilakukan untuk mendapatkan keinginannya. Misalnya, ketika anak meminta es krim di rumah dan sedang tidak ada es krim di rumah. Sampaikan secara sederhana kepada anak bahwa ada beberapa langkah yang perlu dilakukan hingga ia mendapatkan es krim. Kita perlu mendapatkan uang untuk membeli es krim, pergi ke toko es krim, dan membelinya. Gambaran informasi ini membantu anak untuk membayangkan waktu yang ia perlukan untuk menunggu dan memberikan kesempatan padanya untuk mengendalikan proses yang terjadi.

Dalam proses menunda keinginan tersebut, Ayah dan Ibu dapat mendampingi anak untuk memberikan pesan bahwa anak tidak sendiri. Dengarkan dan simak respon yang disampaikan oleh anak. Terima dan pahami ekspresi emosi yang anak tunjukkan. Sampaikan bahwa kita paham jika ia merasa sedih atau kecewa karena belum bisa mendapatkan keinginannya. Susun strategi bersama untuk melakukan langkah demi langkah upaya memperoleh keinginan. Misalnya, bersama-sama menabung, menandai waktu di kalender, atau mencari toko untuk membeli barang yang diinginkan. Sampaikan rasa bangga dan apresiasi terhadap anak atas upaya mereka untuk menjalani proses menunda keinginan ini. Ketika waktunya tiba, penuhi keinginan anak sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat. Tunjukkan bahwa Ayah dan Ibu pun ikut merasa senang atas keberhasilan anak menunda keinginannya.

Mengajari dan melatih anak cara menunda keinginan akan memberikan keterampilan sepanjang hidup. Pada masa remaja dan dewasa, ia menjadi lebih bijak dalam menjalani proses untuk mencapai keinginannya.

Mari mulai sejak dini, mulai saat ini!

Ditulis oleh: Anggit Sukmawati, M.Psi., Psikolog

Bagikan:
Posted on 24 May 2020 under Artikel.

PIP UNPAD

Online
TODAY
Hai, ada yang dapat kami bantu?
© 2024 All rights reserved