Penulis: Kenny Valentino, S.Psi. | Student Counselor and Youth Counselor
Sobat PIP pasti setuju bahwa dunia ini diciptakan tidak hanya untuk kelompok tertentu saja, tetapi untuk semua dan siapapun yang lahir di dalamnya, bukan? Namun pada realitanya, ada teman-teman kita yang mengalami kesulitan dalam menjalani serta menikmati kehidupan ini. Teman-teman dengan disabilitas mengalami beberapa risiko dalam berkegiatan sehari-hari. Mereka berpotensi memiliki pandangan negatif terhadap diri sendiri, serta mengalami gangguan kesehatan mental dan emosional (Wardhani & Paramita, 2016). Teman disabilitas juga lebih berpotensi mengalami kekerasan (baik fisik, psikologis, seksual, dan sebagainya) dibandingkan mereka yang tidak memiliki disabilitas (Jones dkk., 2012). Kehadiran Covid-19 yang sudah berlangsung selama dua tahun menambah risiko yang dialami teman disabilitas. Kesehatan mental semakin terganggu karena adanya perasaan kesepian, terisolasi, dan kecemasan terhadap ketidakpastian masa depan, kondisi finansial yang semakin terganggu dikarenakan bertambahnya kebutuhan darurat, minimnya aktivitas santai, dan sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan (Radissa dkk., 2020; Sharma dkk., 2022). Kondisi tersebut memang dirasakan oleh semua orang, tetapi status teman disabilitas pada dasarnya sudah memiliki banyak kebutuhan dan tantangan, yang membuatnya menjadi lebih rentan dibandingkan mereka yang tidak memiliki disabilitas.
Tidak hanya teman-teman disabilitas yang rentan dalam situasi dunia saat ini, tetapi juga caregiver yang senantiasa menemani mereka. Unpaid caregiver (yaitu pengasuh atau perawat yang secara sukarela membantu teman disabilitas, seperti keluarga, teman, dan sebagainya) juga mengalami kondisi yang mengkhawatirkan. Kondisi ini mencakup tekanan dari peran ganda yang semakin besar (sebagai caregiver dan sebagai pencari nafkah), sulitnya membagi waktu antara istirahat dan bekerja, pengeluaran yang semakin besar, hingga tekanan psikis secara keseluruhan yang semakin berat (Sharma dkk., 2022).
Mengkhawatirkannya situasi bagi teman disabilitas dan caregivers bukanlah pertanda tidak adanya harapan sama sekali untuk kita bersama-sama melaluinya. Sobat PIP juga bisa turut andil dalam membantu teman disabilitas dan caregiver lho! Menciptakan lingkungan yang positif, aman, terbuka, dan membangun menjadi salah satu aspek penting dalam menciptakan hubungan serta komunitas yang membantu teman dengan disabilitas secara signifikan (Amado, 2013). Dalam manual yang disusun oleh Amado, terdapat beberapa cara sederhana yang bisa Sobat PIP lakukan dalam berinteraksi dengan teman-teman disabilitas:
Jauhi asumsi dan prasangka terhadap teman disabilitas. Beberapa asumsi yang sering muncul adalah “teman disabilitas pasti hanya ingin berteman dengan teman dengan disabilitas pula”, atau juga “teman disabilitas tidak mampu melakukan banyak hal”. Nyatanya, penting bagi kita untuk memahami dan mengetahui keinginan dan opini mereka terlebih dahulu. Maka dari itu, mari berusaha menjadi pendengar aktif untuk memahami teman-teman disabilitas.
Berempati dan mengevaluasi perspektif pribadi. Apakah kita sudah benar memahami teman dengan disabilitas seutuhnya, atau selama ini terlalu melihat disabilitas yang mereka punya sebagai satu-satunya karakteristik pembentuk mereka? Memahami disabilitas serta kebutuhan dari disabilitas yang teman kita miliki memang penting, tetapi melihat serta memahami mereka lebih dari sekadar disabilitas yang mereka miliki, juga tidak kalah penting.
Mencari persamaan sebagai fondasi hubungan. Seperti manusia pada umumnya, kita pasti memiliki ketertarikan pada hal-hal tertentu. Ketika kita sudah menemukan satu atau beberapa persamaan dengan orang lain, hal tersebut bisa kita manfaatkan untuk mengenal mereka lebih dalam dan berteman dengan mereka. Pelan-pelan bekerja sama dengan teman disabilitas untuk mencari apa persamaan yang kita punya, dan jadikan hal tersebut langkah awal untuk menciptakan pertemanan yang baik.
Tidak hanya teman disabilitas yang diuntungkan dari interaksi serta lingkungan yang positif, tetapi juga dirasakan oleh para caregivers. Penelitian yang dilakukan oleh Bellaputri dan kawan-kawan (2022) menemukan pentingnya lingkungan positif yang penuh penerimaan dan bantuan (suportif) bagi caregivers. Memiliki support system yang mendengarkan keluh kesah caregiver, memberikan bantuan praktis dalam keseharian (seperti ikut membantu anak/teman dengan disabilitas), serta memberikan kalimat penyemangat dan penguatan dinilai penting bagi para caregivers (Bellaputri dkk., 2022). Sobat PIP bisa membantu meringankan teman-teman caregivers dengan cara-cara tersebut, tentunya dengan kesanggupan pribadi, dan melihat situasi teman caregivers, ya!
Jika Sobat PIP berada di posisi caregivers, maka kenali dulu tanda-tanda bila kondisi kita sedang tidak baik-baik saja. Jika Sobat PIP mulai menarik diri dari lingkungan sosial, sulit tidur, merasa lelah secara fisik maupun emosional, merasa aktivitas sehari-hari mulai tidak bermakna, mudah sakit, hingga muncul perasaan negatif terhadap teman disabilitas yang sedang dirawat, maka mungkin saatnya untuk pause sejenak. Beberapa cara yang bisa Sobat PIP lakukan saat berhenti sejenak adalah:
Bercerita dan berkeluh kesahlah kepada teman, keluarga, atau orang-orang yang Sobat PIP percayai.
Mengenali batasan diri dan menetapkan tujuan serta action plan yang realistis dalam membantu teman dengan disabilitas.
Senantiasa mengedukasi diri dalam dunia disabilitas. Bisa dengan mengikuti kelas inklusi dan/atau berdiskusi dengan profesional.
Pelan-pelan menerapkan pola hidup sehat (tidur cukup, berolahraga, makan teratur dan bernutrisi), dan mencari strategi coping terhadap tekanan yang sesuai.
Tergabung ke dalam support group bagi para caregiver, agar Sobat PIP dapat saling berbagi pengalaman dan mendapatkan dukungan serta bantuan dari teman-teman dengan situasi serupa.
Meminta pertolongan profesional. Sobat PIP juga manusia, dan tidak semuanya harus diselesaikan sendirian, ya. PIP Unpad juga siap menjadi partner kamu, di saat Sobat PIP membutuhkan!
Melalui langkah-langkah sederhana tersebut, Sobat PIP dapat ikut berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang positif untuk teman-teman disabilitas dan caregivers. Sobat PIP juga dapat menambah serta memperluas wawasan terkait dunia teman disabilitas dengan menonton talkshow Festival Kesehatan Mental PIP Unpad "Friends For All: Closer to People with Disabilities" pada YouTube:[link]. Mari kita bersama-sama menciptakan dunia yang lebih inklusif, untuk semua orang, tanpa terkecuali!
REFERENSI
Amado, A. N. (2013). Friends: Connecting people with disabilities and community members. Minneapolis, MN: University of Minnesota, Institute on Community Integration, Research and Training Center on Community Living.
Bellaputri, A., Purba, F. D., & Qodariah, L. (2022). KUALITAS HIDUP ORANG TUA DARI ANAK DENGAN DISABILITAS INTELEKTUAL: STUDI KUALITATIF. Journal of Psychological Science and Profession, 6(1), 42-57.
Caregiver burnout; causes, Symptoms & Prevention. Cleveland Clinic. (2019, January 13). Diakses pada 3 Desember 2022, dari https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9225-caregiver-burnout
Jones, L., Bellis, M. A., Wood, S., Hughes, K., McCoy, E., Eckley, L., Bates, G., Mikton, C., Shakespeare, T., & Officer, A. (2012). Prevalence and risk of violence against children with disabilities: a systematic review and meta-analysis of observational studies. The Lancet, 380(9845), 899-907.
Radissa, V. S., Wibowo, H., Humaedi, S., & Irfan, M. (2020). Pemenuhan kebutuhan dasar penyandang disabilitas pada masa pandemi COVID-19. Focus: Jurnal Pekerjaan Sosial, 3(1), 61-69.
Sharma, Y., Whiting, A., & Dutta, T. (2022). A Survey of the Challenges Faced by Individuals with Disabilities and Unpaid Caregivers during the COVID-19 Pandemic. International Journal of Environmental Research and Public Health, 19(16), 10075.
Wardhani, Y. F., & Paramita, A. (2016). Pelayanan Kesehatan Mental Dalam Hubungannya Dengan Disabilitas dan Gaya Hidup Masyarakat Indonesia (Analisis Lanjut Riskesdas 2007 Dan 2013). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 19(1), 99-107.