Akhir-akhir ini, saya sering mendengar istilah ‘KREATIF’ dalam percakapan ibu-ibu di sekitar saya. Terkadang istilah ‘kreatif’ dipakai ibu untuk menjelaskan kesukaan anaknya membuat karya-karya artistik (tentu artistik dalam sudut pandang anak ya, Moms). Tidak jarang istilah ‘kreatif’ juga dipakai oleh ibu untuk menjelaskan betapa gemasnya sang ibu terhadap perilaku anaknya di rumah yang tidak pernah kekurangan akal untuk menguji kesabaran ibunya. Jadi sebenarnya punya anak kreatif itu ok atau nggak, sih?
Well, mungkin untuk menjawab pertanyaan itu, ada baiknya kita mencoba melihat dulu apa yang dimaksud dengan kreatif. Menurut KBBI, kreatif /kre·a·tif/ /kréatif/ adalah (1) memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan; (2) bersifat (mengandung) daya cipta. Sedangkan menurut teori yang saya pelajari, kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan suatu karya yang orisinil dan tepat – sesuatu yang mungkin tidak terpikir oleh orang lain tapi dapat bermanfaat (Ochse, 1990; Sternberg & Lubart, 1999 dalam Berk, 2003). Kalau kita baca, hal yang perlu digarisbawahi dari dua definisi itu adalah kata menciptakan, orisinal, tepat. Jadi kalau anak kita tiba-tiba melipat-lipat kertas yang kita bawa dari kantor dan sudah tidak terpakai sampai menyerupai dompet lalu mengatakan “Bun, ini aku bikin dompet buat kalau Bunda ke supermarket.”, bisa jadi anak kita kreatif. Tetapi kalau anak kita mengeluarkan semua (yup, semuaaa..) mainannya dari tempat penyimpanan dan melempar-lemparkannya lalu mengatakan, “Aku ceritanya lagi main pasir terus aku abur-aburin pasirnya, Bun.”, mungkin kita perlu membantu anak kita untuk mengarahkan kreativitasnya.
Setelah terjawab ok atau nggak punya anak kreatif, mungkin pertanyaan berikutnya adalah bagaimana sih supaya anak kita kreatif? Menurut ahli nih, ada 4 bahan dasar yang penting untuk pengembangan kreativitas. Kita lihat satu-satu yuk..
1. Kognisi atau kemampuan berpikir
Untuk bisa kreatif, diperlukan kemampuan berpikir yang lebih kompleks dari sekedar menyerap, mengingat, dan meniru. Dengan demikian, kecerdasan berperan penting dalam mengembangkan kreativitas. Jadi gimana dong untuk membantu anak kita mengembangkan kemampuan berpikirnya? Selain memberikan pengetahuan dan wawasan melalui buku-buku bacaan dan tayangan edukatif yang ada, kita juga bisa memberikan challenge. Misalnya, dengan membiarkan anak menyelesaikan masalahnya sendiri, seperti ketika menumpahkan minumnya. Kalau anak kita terbilang anak yang kritis, upayakan untuk mengapresiasi dengan tidak mematahkan semangatnya untuk bertanya dan mencari tahu.
2. Kepribadian
Anak-anak dengan kepribadian yang lebih inovatif biasanya berani mengambil resiko dan memiliki toleransi yang lebih besar terhadap perbedaan. Mereka memilih untuk mewarnai dengan warna-warna yang tidak biasa, menuangkan ide-ide mereka menjadi gambar yang mungkin kita sebut aneh, atau bahkan mengajak teman-teman mereka untuk mengubah permainan ucing sumput menjadi lebih bervariasi. Memang terkadang mereka menjadi kurang menyukai tugas-tugas yang terstruktur. Tapi jangan khawatir Moms, mereka pada dasarnya tekun dan persisten mencari jalan keluar atau solusi, bahkan saat orang dewasa mungkin sudah menyerah.
3. Motivasi
Motivasi untuk pengembangan kreativitas seharusnya task focused, bukan goal focused. Maksudnya, menghargai proses lebih penting dari hasil akhirnya. Misalnya saja, saat anak mewarnai, yang penting bukanlah bahwa anak mewarnai dengan rapi dan sesuai contoh, melainkan anak mewarnai dengan senang mengeksplorasi berbagai warna dan menikmati waktunya selama melakukan aktivitas mewarnai. Jadi, fokuslah pada proses, bukan sekedar hasil akhirnya.
4. Lingkungan
Lingkungan yang kondusif untuk memunculkan kreativitas tentunya harus kita ciptakan, misalnya dengan mengajak bermain membuat permainan dari benda-benda yang tidak terpakai di rumah. Berikan akan kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai hal di lingkungannya, seperti mewarnai kaos atau tas yang polos untuk kemudian bisa ia pakai dengan bangga karena merupakan hasil karyanya. Jika anak ingin mencoba sesuatu yang tampaknya sulit, berikan ia kesempatan dengan pengawasan agar ia tidak terluka. Saat ia menceritakan ide-idenya, kita bisa mengelaborasi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya berpikir dan mencari tahu lebih banyak. Paling penting dan utama yang tidak boleh kita lupa, kita perlu menciptakan lingkungan dimana anak merasa dirinya diterima sepenuhnya, dengan segala keunikan karakteristiknya.
(Sternberg & Lubart, 1991, 1996)
Kreativitas adalah suatu bekal bagi individu untuk survive di dunia saat ini. Dibutuhkan orang-orang kreatif untuk bisa merancang pakaian super hits, membuat buku-buku yang menarik, aplikasi-aplikasi gadget yang helpful. Bahkan di pekerjaan saya yang bisa dikatakan cukup rutin, dibutuhkan kreativitas untuk jugling dari suatu pekerjaaan ke pekerjaan lain, menyempatkan diri tetap membaca buku, dan meluangkan waktu untuk punya me time. So, gimana Moms? Creative kids, absolutely yeay!